Statistik Mengejutkan tentang Kegagalan Bisnis
Berdasarkan data:
- 40% bisnis bangkrut di tahun pertama.
- 80% bisnis bangkrut dalam 5 tahun pertama.
- Dari 20% yang bertahan di 5 tahun pertama, 80% akan bangkrut dalam 5 tahun berikutnya.
Artinya, hanya 3% bisnis yang mampu bertahan selama 10 tahun. Dari 100 bisnis yang didirikan:
- 40 bisnis bangkrut di tahun pertama, tersisa 60.
- Dari 60 bisnis, 48 bangkrut dalam 5 tahun, tersisa 12.
- Dari 12 bisnis yang tersisa, 9 bangkrut dalam 5 tahun berikutnya.
- Hanya 3 bisnis yang bertahan dalam jangka panjang.
Lalu, kenapa banyak bisnis gagal? Bagaimana cara menjadi bagian dari 3% bisnis yang bertahan lama?
Hari ini, kita akan membahas buku The E-Myth Revisited karya Michael E. Gerber, salah satu buku bisnis legendaris yang membahas kesalahan umum pengusaha dan bagaimana menghindarinya.
Mitos Pengusaha: Kesalahan Fatal Saat Memulai Bisnis
Banyak orang berpikir, “Kalau gue jadi bos, pasti lebih enak!” Faktanya, banyak bisnis gagal karena pemiliknya terjebak dalam mitos pengusaha.
Michael Gerber menemukan bahwa banyak pebisnis kehilangan semangatnya karena kelelahan. Mimpi mereka berubah menjadi beban, dan akhirnya menyerah. Untuk memahami ini, kita harus tahu bagaimana kebanyakan orang memulai bisnis.
Bagaimana Orang Masuk ke Dunia Bisnis?
Bayangkan seseorang yang bekerja di sebuah perusahaan dan ahli di bidangnya, misalnya:
- Seorang pembuat roti,
- Seorang programmer,
- Seorang tukang cukur.
Suatu hari, ia kesal dengan bosnya dan berpikir, “Tanpa gue, bisnis ini nggak jalan! Gue yang tahu cara bikin produknya. Kenapa nggak gue buka bisnis sendiri aja?”
Akhirnya, dia resign dan membuka bisnisnya sendiri. Inilah kesalahan fatal!
Asumsi yang salah: “Kalau gue ngerti teknis suatu bisnis, berarti gue ngerti cara menjalankan bisnis itu.”
Padahal, menguasai teknis suatu bidang dan menjalankan bisnis adalah dua hal yang sangat berbeda!
Contohnya:
- Tukang roti langsung buka toko roti.
- Tukang cukur langsung buka barbershop.
- Programmer langsung buka software house.
Mereka sangat ahli dalam pekerjaan mereka, tetapi kewalahan dengan aspek lain yang sebelumnya tidak mereka pikirkan, seperti:
- Pemasaran
- Manajemen keuangan
- Izin usaha
- Strategi bisnis
Akibatnya, mereka merasa bisnisnya bukan berkembang, tapi justru menjadi beban!
Tiga Personalitas dalam Bisnis
Setiap pebisnis memiliki tiga personalitas dalam dirinya:
- Pengusaha – Visioner, selalu berpikir ke depan.
- Manajer – Pragmatis, ingin keteraturan.
- Teknisi – Pekerja, fokus pada tugas saat ini.
Masalahnya, ketiganya ingin jadi bos dan saling bertentangan!
- Pengusaha ingin inovasi dan perubahan.
- Manajer ingin keteraturan dan stabilitas.
- Teknisi ingin fokus kerja tanpa aturan yang ribet.
Konflik ini menyebabkan banyak bisnis berjalan tanpa arah dan akhirnya gagal.
Fase Pertumbuhan Bisnis
Menurut Gerber, bisnis melewati tiga fase pertumbuhan:
- Fase Balita – Pemilik bisnis bekerja sendiri, mengerjakan semuanya.
- Fase Remaja – Bisnis mulai berkembang, pemilik mulai mendelegasikan tugas.
- Fase Dewasa – Bisnis memiliki sistem yang matang dan berjalan tanpa pemilik.
Kesalahan umum: Banyak yang mengira bahwa setelah melewati fase balita dan remaja, bisnis akan otomatis menjadi dewasa. Padahal, bisnis harus dirancang sejak awal untuk mencapai fase dewasa.
Perspektif Pengusaha vs. Perspektif Teknisi
Pebisnis sukses memiliki perspektif pengusaha, bukan hanya perspektif teknisi.
- Pengusaha melihat bisnis sebagai sistem yang menciptakan nilai.
- Teknisi melihat bisnis sebagai pekerjaan harian.
Contoh sukses adalah Tom Watson, pendiri IBM. Sejak awal, ia sudah memiliki gambaran jelas tentang bagaimana IBM akan berkembang. Ia menyadari bahwa visi tersebut tidak akan tercapai tanpa tindakan nyata sejak awal.
Begitu juga dengan bisnis seperti McDonald’s dan Disney. Mereka tidak “tumbuh menjadi besar” secara kebetulan, tetapi sudah dirancang untuk besar sejak awal.
Sistem Franchise dan Prototype Bisnis
Michael Gerber menekankan bahwa bisnis harus dibangun seperti franchise, meskipun tidak dijual sebagai franchise.
Contoh terbaik adalah McDonald’s. Ray Kroc tidak hanya menjual burger, tetapi menjual sistem bisnis yang terstandarisasi.
- Kentang goreng tidak boleh lebih dari 7 menit di tempat penghangat.
- Burger harus disajikan dalam waktu kurang dari 60 detik.
- Daging harus memiliki ukuran dan berat yang seragam.
McDonald’s sukses karena semua cabang menjalankan bisnis dengan cara yang sama, memastikan kualitas tetap terjaga.
Mengubah Bisnis Menjadi Sistem yang Bisa Direplikasi
Pebisnis sukses membangun bisnis sebagai sistem yang bisa direplikasi. Bisnis yang memiliki SOP (Standard Operating Procedures) yang jelas akan lebih mudah berkembang dan bahkan bisa dijual ke investor atau diwaralabakan.
Contoh: Bakmi GM dibeli oleh Djarum seharga Rp2 triliun karena memiliki standarisasi sistem yang kuat.
- Rasa bakmi di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali tetap sama.
- Jika setiap cabang memiliki rasa yang berbeda, bisnisnya tidak akan menarik bagi investor.
Tahap Pengembangan Bisnis: Inovasi, Kuantifikasi, Orkestrasi
Untuk membangun franchise prototype, bisnis harus melalui tiga tahapan:
- Inovasi – Melakukan perbaikan pada sistem, bukan hanya pada produk.
- Kuantifikasi – Mengukur setiap inovasi untuk melihat dampaknya.
- Orkestrasi – Mengintegrasikan inovasi yang terbukti ke dalam sistem bisnis.
Contoh sederhana inovasi dalam bisnis adalah cara menyapa pelanggan:
- “Halo, ada yang bisa dibantu?” → Pelanggan biasanya menjawab “Tidak”.
- “Halo, apakah Anda sudah pernah belanja di sini sebelumnya?” → Membuka peluang percakapan lebih lanjut.
Bisnis yang sukses bukan hanya soal kerja keras, tapi soal membangun sistem yang bisa berjalan tanpa kehadiran pemiliknya.
Kesimpulan
Untuk menjadi bagian dari 3% bisnis yang bertahan lama, kamu harus:
✅ Berpikir sebagai pengusaha, bukan hanya teknisi.
✅ Membangun bisnis sebagai sistem yang bisa direplikasi.
✅ Fokus pada inovasi, kuantifikasi, dan orkestrasi.
🚀 Bangun bisnis yang bisa berjalan tanpa kamu!